Sebelum
melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman cabai, harus terlebih dahulu
kita ketahui jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabai kita, setelah
itu baru kita tentukan jenis insektisida atau fungisida yang akan kita gunakan.
Disamping disemprot dengan insektisida atau fungisida sesuai dengan hama dan
penyakit yang menyerang tanaman cabai, tanaman Cabai perlu juga disemprot
dengan Zat Perangsang Tumbuh (ZPT) seperti Gandasil, Dekamon,Super Gro, Hantu
atau jenis-jenis ZPT lainnya.
Penggunaan
insektisida, fungisida serta ZPT dapat dilakukan secara bersama-sama, selama
dalam kemasan tidak ada larangan untuk dicampur dengan insektisida atau fungisida
yang lain.
Dalam beberapa
kasus pengendalian HPT Cabai misalnya lalat buah agar pengendalian yang
dilakukan lebih efektif kadang-kadang perlu pencampuran 2 atau 3 jenis pestisida dengan bahan aktif yang
berbeda seperti Curacron + lannete..
Pengendalian Hama
1.
Thrips.
Thrips
merupakan hama sejenis serangga yang berukuran kecil, yaitu antara 1 – 2 mm .
Thrips dewasa berwarna kehitaman, bertotol merah atau bergaris. Sedangkan
Thrips muda, warnanya agak keputihan atau kekuningan. Biasanya Thrips meletakan
telurnya di bawah daun secara berpencaran.
Thrips
melakukan serangan dengan menghisap cairan tanaman sehingga bisa mengakibatkan
rusaknya sel-sel tanaman. Tanda-tanda daun yang diserang thrips adalah :
§
Daun
timbul bercak-bercak putih mengkilap.
§
Kemudian
bercak tadi berubah menjadi kecoklatan.
§
Lama-lama
daun itu akan mati pelan-pelan.
Jika terjadi serangan berat, daun maupun
pucuk tanaman serta tunas-tunas barunya akan :
§
Keriting.
§
Menggulung
ke dalam.
§
Kadang
pada daun timbul benjolan seperti tumor.
§
Seterusnya
pertumbuhan tunas berhenti dan tanaman akan menjadi kerdil.
Untuk
mengatasi serangan thrips yang belum parah, pemakaian insektisida yang bersifat
kontak maupun sistemik sangat dianjurkan. Insektisida yang dapat digunakan
antara lain :
§
Nurdin
24.
§
Tokuthion.
§
Hastation.
§
Sevin
5 dust.
§
Orthene
75 SP.
§
Curacron.
§
Decis.
§
Confodor.
2.
Aphids
(Kutu Daun).
Serangan kutu daun biasanya terjadi pada
awal musim kemarau, saat udara kering dan suhu udara tinggi. Bagian tanaman
yang diserang kutu daun, biasanya bagian pucuk tanaman dan daun muda. Serangan
Kutu Daun ini akan menggerombol pada satu daerah, sehingga ia mampu menutupi
bagian tanaman. Daun yang diserang akan mengerut, pucuk daun mengeriting dan
melingkar sehingga pertumbuhan tanaman terganggu, selain itu kutu ini
mengeluarkan cairan manis seperti madu, yang menyebabkan datangnya semut untuk
menyerbu cairan tersebut. Bersamaan itu pula akan datang jamur berwarna
kehitaman (Cendawan Jelaga).
Pada serangan berat selain tanaman
keriting juga tanaman tertutup lapisan hitam dari jamur jelaga, yang tentu saja
mengganggu proses fotosintesis.
Jenis-jenis insektisida yang bisa kita
gunakan untuk membasmi adalah :
§
Tukuthion
500 EC.
§
Anthion
33 EC.
§
Dekasulfan
350 EC.
§
Dibrom
8 EC.
§
Folithon
50 EC.
§
Hastathion
40 EC.
§
Tamaran
200 LC.
§
Decis.
3.
Tungau
Merah.
Tungau Merah
bentuknya mirip laba-laba, tetapi ukurannya sangat kecil yakni kurang dari 1
mm. Tungau ini juga dapat menyebabkan kerusakan pada daun, pucuk tanaman, dan
tunas muda. Bagian yang diserang akan tumbuh tidak normal, kemudian warna akan
berubah dari warna biasanya, daun akan mengerupuk dan mengeriting. Tanda-tanda
adanya tungau pada daun, adalah daun terlihat adanya titik merah, kuning atau
keputihan yang kecil sekali. Titik merah, kuning, keputihan ini bergerak lamban
di bawah lindungan sejenis benang halus sekali, inilah tungau tersebut. Tungau
yang berwarna merah merupakan tungau dewasa, sedangkan yang kuning atau putih
merupakan tungau muda dan telur tungau yang belum menetas.
Untuk
mengendalikan tungau ini dapat digunakan insektisida sebagai berikut :
§
Tokuthion
500 EC.
§
Dekasulfan
350 EC.
§
Trithion
4 EC.
§
Omite
57 EC.
§
Curacron.
§
Decis
§
Confidor.
4.
Ulat.
a. Ulat
Peridroma saucia.
Ulat Peridroma
saucia banyak menyerang tunas muda, daun dan buah cabai. Ulat ini menyerang
pada musim kemarau. Untuk mengendalikannya dapat digunakan : Diazinon, Zevin,
Lanate, Azodrin, Agrothion, atau Bayrusil.
b. Heliothis
sp
Ulat Heliothis
sp sering memakan buah cabai. Untuk mengendalikannya dapat digunakan : Sevin,
Baythroid 50 WSC, Cymbush 5 EC Azodrin, Agrothion, Bayrusil, atau Lanate.
c. Spodoptera
sp.
Ulat Spodoptera
sp selain memakan buah cabai juga memakan daun, dan tunas muda. Untuk
mengendalikannya dapat digunakan Ripcord 5 EC, Azodrin, Agrothion, Bayrusil,
atau Lanate.
5.
Kumbang.
Hama ini tidak
langsung menyerang tanaman cabai, tetapi larva kumbang ini tinggal di dalam
tanah sehingga merusak akar tanaman cabai. Untuk mengendalikan hama ini dapat
digunakan : Sevin, Diazinon, Curater. Adapun cara terbaik untuk mengendalikan
kumbang ini adalah dengan pendangiran tanah sekitar tanaman, sehingga telur
tidak dapat menetas.
6.
Lalat
Buah.
Lalat buah menyerang semua buah cabai,
baik buah muda maupun buah yang sudah tua. Buah yang terkena serangan, umumnya
ditandai dengan warna kehitaman pada buah, lalu bagian yang diserang akan
mengeras, kemudian membusuk dan gugur. Pengendalian hama ini cukup sulit
apabila sudah menyerang. Untuk itu disarankan melakukan pencegahan dengan
menggunakan perangkap lalat buah dengan menggunakan bahan Petrogenol ataupun
Methil Eugenol. Pengendalian dengan insektisida dapat menggunakan santoat,
pertection, Buzzer, Bioeron, Curacron, Metindo, Bomba, Lannate.
7.
Cacing.
Untuk
memberantas cacing ini dapat digunakan : Furadan, Curate,atau Temik.
Pengendalian Penyakit
1.
Antak.
Penyakit ini
sering disebut penyakit kering buah, karena buah cabai yang kena serangan akan
mengering seperti terbakar, disebabkan oleh sejenis jamur yang disebut
Colletotrichum capsici, Gleoesporium piperatum, atau G. gloeosporiodes. Antrak
ini tidak hanya menyerang bagian buah saja, tetapi juga menyerang bagian
tanaman yang lain. Bagian yang diserang biasanya menunjukkan gejala bercak
mirip “patek” sehingga banyak orang menyebutnya sebagai penyakit patek. Tanda-tanda
serangan, dapat dilihat pada :
a.
Buah
Buah muda maupun buah tua bahkan buah
masak yang diserang, akan menimbulkan bercak-bercak pada buah. Bercak ini kian
hari kian melebar, pada akhirnya seluruh permukaan buah akan dipenuhi bercak
tersebut, lama-lama buah akan mengerut, mengering, warna buah menjadi kehitaman
dan membusuk. Jika diperhatikan, ternyata bagian tengah bercak itu terlihat
semacam jamur berwarna jingga atau kemerahan.
b.
Daun
dan batang
Serangan biasanya dimulai dari bagian
pucuk tanaman. Serangan awal hanya timbul bercak-bercak kecil saja,
lama-kelamaan akan melebar dan pada akhirnya meliputi seluruh bagian tanaman.
Bagian tanaman yang diserang lebih awal akan mati lebih dulu, kemudian disusul
oleh bagian yang lain.
Untuk mengendalikan penyakit ini dapat
digunakan Antracol, Delsene, Orthoside, Polyram, atau Skor.
2.
Busuk
Buah.
Penyebab penyakit Busuk Buah adalah
sejenis jamur yaitu Ascochyta sp. Gejala umum hampir mirip dengan antrak, yaitu
buah menjadi busuk secara perlahan kemudian gugur. Untuk mengendalikan
digunakan : Ortociden, atau Shell Copper.
3.
Bercak
Daun.
Penyakit Bercak
Daun disebabkan oleh jamur Cercospora capsici. Tanda-tanda serangan biasanya
daun cabai dipenuhi bercak-bercak pucat, yang mula-mula kecil dan akhirnya
meluas perlahan. Pada pinggir bercak berwarna kecoklatan dan timbul sobek di tengah
bercak. Jika sudah begini biasanya daun langsung gugur. Untuk mengendalikan
dapat digunakan : Baycor, Velimek, atau Dithane.
4.
Busuk
Daun.
Penyebabnya Busuk Daun adalah jamur
Phytopthora capsici. Penyakit ini
menyebabkan daun menjadi busuk dan gugur. Serangan awal biasanya dilakukan pada
pucuk tanaman, lalu merembet ke daun, selanjutnya daun akan menjadi layu dan
membusuk kemudian gugur. Untuk mengendalikan dapat digunakan : Antracol, Cobox,
Delsene, Difolatan, atau Orthocide.
5.
Gugur
Daun.
Penyakit Gugur
Daun disebabkan oleh jamur Oidium sp. Gejala serangan sulit dibedakan dengan
penyakit daun lainnya. Serangan
jamur ini dilakukan sejak daun masih muda, sehingga menyebabkan banyak daun
gugur. Tanda-tanda yang mencolok adalah adanya seperti tepung yang memenuhi
permukaan daun. Pengendalian dapat digunakan : Antracol, atau Benlate.
6.
Keriting
Daun.
Penyakit
Kriting Daun disebabkan oleh virus . Penyakit ini meyerang pada keadaan udara
kering. Namun begitu, kriting daun tidak hanya disebabkan oleh serangan virus.
Kalau kita perhatikan, keriting daun tanpa ditandai adanya sejenis serangga,
maka bisa jadi keriting semacam ini disebabkan penyakit lain.
Sebagai
contoh serangan penyakit Cendawan Fusarium sp,
tanda penyakit ini adalah keadaan tanaman tetap segar dan kelihatan
sehat, tetapi tunas dan daun muda terlihat keriting dan mengkerut, warna daun
pucat. Cendawan ini tidak langsung menyerang bagian daun tetapi menyerang
dibagian leher akar. Penyakit ini akan menyerang jika keadaan lahan becek dan
drainase tidak sempurna. Untuk mengendalikannya, harus diatasi kebecekan tanah
kemudian memperbaiki drainase. Jika yang diserang hanya satu dua pohon maka
pohon ini dicabut dan kita bakar sedangkan tanahnya kita bongkar. Jika serangan
sudah merata maka usaha yang dapat dilakukan adalah dengan menyiram fungisida
disekitar tanaman.
7.
Layu
Daun.
Penyakit ini
menyerang tanaman cabai dan keluarga Solanaceae yang lain. Penyebab penyakit
ini adalah Fusarium maka orang sering menyebut layu Fusarium. Layu ini juga
menyerang dari bagian akar tanaman.
Selain layu Fusarium ada lagi layu yang disebabkan oleh bakteri P.
solanasearum. Tanda–tanda penyakit ini adalah :
§
Daun
terlihat terkulai.
§ Seluruh
bagian tanaman menadi layu.
§ Warna daun
tidak lagi hijau segar, tatapi hijau pucat.
§ Buah tidak
tumbuh sehat dan tidak segar.
Bakteri P. solanasearum sama gawatnya denga virus diatas,
dan serangan yang menghebat, dapat mengakibatkan tempat tumbuhnya cabai ini
tidak dapat ditanami beberapa musim, karena itu sebelum ditanami tanahnya harus
diseterilisasi dulu. Tetapi
jika serangan tidak menghebat serangan dapat dikendalikan dengan :
§
Polyram-combi
§
Polyram
M
§
Cobox.
PANEN CABAI
Tanaman cabai
jika dirawat dengan perawatan yang intensif, sudah dapat dipanen untuk pertama
kalinya pada usia 70 – 75 hari setelah tanam. Untuk panen-panen berikutnya bisa
dipanen 3 – 4 hari sekali, karena buah cabai ini tidak masak serempak. Tetapi
ada juga yang memanen cabai ini setiap 7 hari sekali, ini tergantung bagaimana
keadaan pasar.
Pada panen
pertama, hasil rata-rata memang masih sedikit, antara 2-4 buah per-batang (25
kg – 50 kg per-hektar). Puncak panen,
rata-rata berkisar antara 10-20 per batang (600 kg – 800 kg per-hektar). Tetapi
bisa saja terjadi lonjakan panen sampai 1.200 kg per-hektar. Patokan yang umum tanaman
cabai hanya bertahan 6-7 bulan saja.
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen
Pertanian RI, Bercocok Tanam Cabai. Jakarta : 1982.
Departemen
Pertanian RI, Mari Menanam Cabai. Jakarta : 1981.
Darsono, Lombok Kering di Panen Raya,
Tarik Tahun III No. 2.
Hartiningsih dan
Sunaryono. Observasi Varietas-varietas Lombok Introduksi, Penelitian
Hortikultura Volume IV No.3 : 1976.
Kusuma
Inderawati, E. P. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Produksi Tanaman Lombok.
Penelitian Hortikultura Volume IX No. 3 : 1982.
Prasojo, B.
Joko. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta. Penebar Swadaya : 1984.
Samsudin, s. U.
Bertanam Cabai. Bandung : 1982.
Setiadi,
Bertanam Cabai. Jakarta. Penebar Swadaya : 1994.
-----------------,
Aneka Cabai Aneka Ceritanya. Trubus No. 196 Tahun XVII : 1 Maret 1986.


