Wednesday, 18 May 2016

KUNCI SUKSES MENGENDALIKAN HPT CABAI (Lanjutan II)

Ilustrasi Penyakit tanaman cabai

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
                   Sebelum melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman cabai, harus terlebih dahulu kita ketahui jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabai kita, setelah itu baru kita tentukan jenis insektisida atau fungisida yang akan kita gunakan. Disamping disemprot dengan insektisida atau fungisida sesuai dengan hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabai, tanaman Cabai perlu juga disemprot dengan Zat Perangsang Tumbuh (ZPT) seperti Gandasil, Dekamon,Super Gro, Hantu atau jenis-jenis ZPT lainnya.
                   Penggunaan insektisida, fungisida serta ZPT dapat dilakukan secara bersama-sama, selama dalam kemasan tidak ada larangan untuk dicampur dengan insektisida atau fungisida yang lain.           
                   Dalam beberapa kasus pengendalian HPT Cabai misalnya lalat buah agar pengendalian yang dilakukan lebih efektif kadang-kadang perlu pencampuran 2 atau 3  jenis pestisida dengan bahan aktif yang berbeda seperti Curacron + lannete..
                  
Pengendalian Hama
1.    Thrips.
Thrips merupakan hama sejenis serangga yang berukuran kecil, yaitu antara 1 – 2 mm . Thrips dewasa berwarna kehitaman, bertotol merah atau bergaris. Sedangkan Thrips muda, warnanya agak keputihan atau kekuningan. Biasanya Thrips meletakan telurnya di bawah daun secara berpencaran.
Thrips melakukan serangan dengan menghisap cairan tanaman sehingga bisa mengakibatkan rusaknya sel-sel tanaman. Tanda-tanda daun yang diserang thrips adalah :
§  Daun timbul bercak-bercak putih mengkilap.
§  Kemudian bercak tadi berubah menjadi kecoklatan.
§  Lama-lama daun itu akan mati pelan-pelan.
Jika terjadi serangan berat, daun maupun pucuk tanaman serta tunas-tunas barunya akan :
§  Keriting.
§  Menggulung ke dalam.
§  Kadang pada daun timbul benjolan seperti tumor.
§  Seterusnya pertumbuhan tunas berhenti dan tanaman akan menjadi kerdil.
Untuk mengatasi serangan thrips yang belum parah, pemakaian insektisida yang bersifat kontak maupun sistemik sangat dianjurkan. Insektisida yang dapat digunakan antara lain :
§  Nurdin 24.
§  Tokuthion.
§  Hastation.
§  Sevin 5 dust.
§  Orthene 75 SP.
§  Curacron.
§  Decis.
§  Confodor.

2.    Aphids (Kutu Daun).
Serangan kutu daun biasanya terjadi pada awal musim kemarau, saat udara kering dan suhu udara tinggi. Bagian tanaman yang diserang kutu daun, biasanya bagian pucuk tanaman dan daun muda. Serangan Kutu Daun ini akan menggerombol pada satu daerah, sehingga ia mampu menutupi bagian tanaman. Daun yang diserang akan mengerut, pucuk daun mengeriting dan melingkar sehingga pertumbuhan tanaman terganggu, selain itu kutu ini mengeluarkan cairan manis seperti madu, yang menyebabkan datangnya semut untuk menyerbu cairan tersebut. Bersamaan itu pula akan datang jamur berwarna kehitaman (Cendawan Jelaga).
Pada serangan berat selain tanaman keriting juga tanaman tertutup lapisan hitam dari jamur jelaga, yang tentu saja mengganggu proses fotosintesis.
Jenis-jenis insektisida yang bisa kita gunakan untuk membasmi adalah :
§  Tukuthion 500 EC.
§  Anthion 33 EC.
§  Dekasulfan 350 EC.
§  Dibrom 8 EC.
§  Folithon 50 EC.
§  Hastathion 40 EC.
§  Tamaran 200 LC.
§  Decis.

3.    Tungau Merah.                                                                   

Tungau Merah bentuknya mirip laba-laba, tetapi ukurannya sangat kecil yakni kurang dari 1 mm. Tungau ini juga dapat menyebabkan kerusakan pada daun, pucuk tanaman, dan tunas muda. Bagian yang diserang akan tumbuh tidak normal, kemudian warna akan berubah dari warna biasanya, daun akan mengerupuk dan mengeriting. Tanda-tanda adanya tungau pada daun, adalah daun terlihat adanya titik merah, kuning atau keputihan yang kecil sekali. Titik merah, kuning, keputihan ini bergerak lamban di bawah lindungan sejenis benang halus sekali, inilah tungau tersebut. Tungau yang berwarna merah merupakan tungau dewasa, sedangkan yang kuning atau putih merupakan tungau muda dan telur tungau yang belum menetas.
Untuk mengendalikan tungau ini dapat digunakan insektisida sebagai berikut :
§  Tokuthion 500 EC.
§  Dekasulfan 350 EC.
§  Trithion 4 EC.
§  Omite 57 EC.
§  Curacron.
§  Decis
§  Confidor.

4.    Ulat.

a.   Ulat Peridroma saucia.
Ulat Peridroma saucia banyak menyerang tunas muda, daun dan buah cabai. Ulat ini menyerang pada musim kemarau. Untuk mengendalikannya dapat digunakan : Diazinon, Zevin, Lanate, Azodrin, Agrothion, atau Bayrusil.
b.   Heliothis sp
Ulat Heliothis sp sering memakan buah cabai. Untuk mengendalikannya dapat digunakan : Sevin, Baythroid 50 WSC, Cymbush 5 EC Azodrin, Agrothion, Bayrusil, atau Lanate.
c.   Spodoptera sp.
Ulat Spodoptera sp selain memakan buah cabai juga memakan daun, dan tunas muda. Untuk mengendalikannya dapat digunakan Ripcord 5 EC, Azodrin, Agrothion, Bayrusil, atau Lanate.

5.    Kumbang.

Hama ini tidak langsung menyerang tanaman cabai, tetapi larva kumbang ini tinggal di dalam tanah sehingga merusak akar tanaman cabai. Untuk mengendalikan hama ini dapat digunakan : Sevin, Diazinon, Curater. Adapun cara terbaik untuk mengendalikan kumbang ini adalah dengan pendangiran tanah sekitar tanaman, sehingga telur tidak dapat menetas.

6.    Lalat Buah.

Lalat buah menyerang semua buah cabai, baik buah muda maupun buah yang sudah tua. Buah yang terkena serangan, umumnya ditandai dengan warna kehitaman pada buah, lalu bagian yang diserang akan mengeras, kemudian membusuk dan gugur. Pengendalian hama ini cukup sulit apabila sudah menyerang. Untuk itu disarankan melakukan pencegahan dengan menggunakan perangkap lalat buah dengan menggunakan bahan Petrogenol ataupun Methil Eugenol. Pengendalian dengan insektisida dapat menggunakan santoat, pertection, Buzzer, Bioeron, Curacron, Metindo, Bomba, Lannate.

7.    Cacing.                                                                                                         

Untuk memberantas cacing ini dapat digunakan : Furadan, Curate,atau Temik.


Pengendalian Penyakit

1.    Antak.

Penyakit ini sering disebut penyakit kering buah, karena buah cabai yang kena serangan akan mengering seperti terbakar, disebabkan oleh sejenis jamur yang disebut Colletotrichum capsici, Gleoesporium piperatum, atau G. gloeosporiodes. Antrak ini tidak hanya menyerang bagian buah saja, tetapi juga menyerang bagian tanaman yang lain. Bagian yang diserang biasanya menunjukkan gejala bercak mirip “patek” sehingga banyak orang menyebutnya sebagai penyakit patek. Tanda-tanda serangan, dapat dilihat pada :
a.    Buah
Buah muda maupun buah tua bahkan buah masak yang diserang, akan menimbulkan bercak-bercak pada buah. Bercak ini kian hari kian melebar, pada akhirnya seluruh permukaan buah akan dipenuhi bercak tersebut, lama-lama buah akan mengerut, mengering, warna buah menjadi kehitaman dan membusuk. Jika diperhatikan, ternyata bagian tengah bercak itu terlihat semacam jamur berwarna jingga atau kemerahan.
b.    Daun dan batang
Serangan biasanya dimulai dari bagian pucuk tanaman. Serangan awal hanya timbul bercak-bercak kecil saja, lama-kelamaan akan melebar dan pada akhirnya meliputi seluruh bagian tanaman. Bagian tanaman yang diserang lebih awal akan mati lebih dulu, kemudian disusul oleh bagian yang lain.
Untuk mengendalikan penyakit ini dapat digunakan Antracol, Delsene, Orthoside, Polyram, atau Skor.

2.    Busuk Buah.

Penyebab penyakit Busuk Buah adalah sejenis jamur yaitu Ascochyta sp. Gejala umum hampir mirip dengan antrak, yaitu buah menjadi busuk secara perlahan kemudian gugur. Untuk mengendalikan digunakan : Ortociden, atau Shell Copper.

3.    Bercak Daun.

Penyakit Bercak Daun disebabkan oleh jamur Cercospora capsici. Tanda-tanda serangan biasanya daun cabai dipenuhi bercak-bercak pucat, yang mula-mula kecil dan akhirnya meluas perlahan. Pada pinggir bercak berwarna kecoklatan dan timbul sobek di tengah bercak. Jika sudah begini biasanya daun langsung gugur. Untuk mengendalikan dapat digunakan : Baycor, Velimek, atau Dithane.




4.    Busuk Daun.

Penyebabnya Busuk Daun adalah jamur Phytopthora capsici.  Penyakit ini menyebabkan daun menjadi busuk dan gugur. Serangan awal biasanya dilakukan pada pucuk tanaman, lalu merembet ke daun, selanjutnya daun akan menjadi layu dan membusuk kemudian gugur. Untuk mengendalikan dapat digunakan : Antracol, Cobox, Delsene, Difolatan, atau Orthocide.

5.    Gugur Daun.

Penyakit Gugur Daun disebabkan oleh jamur Oidium sp. Gejala serangan sulit dibedakan dengan penyakit daun lainnya. Serangan jamur ini dilakukan sejak daun masih muda, sehingga menyebabkan banyak daun gugur. Tanda-tanda yang mencolok adalah adanya seperti tepung yang memenuhi permukaan daun. Pengendalian dapat digunakan : Antracol, atau Benlate.

6.    Keriting Daun.

Penyakit Kriting Daun disebabkan oleh virus . Penyakit ini meyerang pada keadaan udara kering. Namun begitu, kriting daun tidak hanya disebabkan oleh serangan virus. Kalau kita perhatikan, keriting daun tanpa ditandai adanya sejenis serangga, maka bisa jadi keriting semacam ini disebabkan penyakit lain.
Sebagai contoh serangan penyakit Cendawan Fusarium sp,  tanda penyakit ini adalah keadaan tanaman tetap segar dan kelihatan sehat, tetapi tunas dan daun muda terlihat keriting dan mengkerut, warna daun pucat. Cendawan ini tidak langsung menyerang bagian daun tetapi menyerang dibagian leher akar. Penyakit ini akan menyerang jika keadaan lahan becek dan drainase tidak sempurna. Untuk mengendalikannya, harus diatasi kebecekan tanah kemudian memperbaiki drainase. Jika yang diserang hanya satu dua pohon maka pohon ini dicabut dan kita bakar sedangkan tanahnya kita bongkar. Jika serangan sudah merata maka usaha yang dapat dilakukan adalah dengan menyiram fungisida disekitar tanaman.

7.    Layu Daun.                                                                                                             

Penyakit ini menyerang tanaman cabai dan keluarga Solanaceae yang lain. Penyebab penyakit ini adalah Fusarium maka orang sering menyebut layu Fusarium. Layu ini juga menyerang dari bagian akar tanaman.  Selain layu Fusarium ada lagi layu yang disebabkan oleh bakteri P. solanasearum. Tanda–tanda penyakit ini adalah :
§  Daun terlihat terkulai.
§  Seluruh bagian tanaman menadi layu.
§  Warna daun tidak lagi hijau segar, tatapi hijau pucat.
§  Buah tidak tumbuh sehat dan tidak segar.

Bakteri P. solanasearum sama gawatnya denga virus diatas, dan serangan yang menghebat, dapat mengakibatkan tempat tumbuhnya cabai ini tidak dapat ditanami beberapa musim, karena itu sebelum ditanami tanahnya harus diseterilisasi dulu. Tetapi jika serangan tidak menghebat serangan dapat dikendalikan dengan :
§  Polyram-combi
§  Polyram M
§  Cobox.

PANEN CABAI

Tanaman cabai jika dirawat dengan perawatan yang intensif, sudah dapat dipanen untuk pertama kalinya pada usia 70 – 75 hari setelah tanam. Untuk panen-panen berikutnya bisa dipanen 3 – 4 hari sekali, karena buah cabai ini tidak masak serempak. Tetapi ada juga yang memanen cabai ini setiap 7 hari sekali, ini tergantung bagaimana keadaan pasar.
Pada panen pertama, hasil rata-rata memang masih sedikit, antara 2-4 buah per-batang (25 kg – 50 kg per-hektar).  Puncak panen, rata-rata berkisar antara 10-20 per batang (600 kg – 800 kg per-hektar). Tetapi bisa saja terjadi lonjakan panen sampai 1.200 kg per-hektar. Patokan yang umum tanaman cabai  hanya bertahan 6-7 bulan saja.
     
  





DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian RI, Bercocok Tanam Cabai. Jakarta : 1982.
Departemen Pertanian RI, Mari Menanam Cabai. Jakarta : 1981.
Darsono, Lombok Kering di Panen Raya, Tarik Tahun III No. 2.
Hartiningsih dan Sunaryono. Observasi Varietas-varietas Lombok Introduksi, Penelitian Hortikultura Volume IV No.3 : 1976.
Kusuma Inderawati, E. P. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Produksi Tanaman Lombok. Penelitian Hortikultura Volume IX No. 3 : 1982.
Prasojo, B. Joko. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta. Penebar Swadaya : 1984.
Samsudin, s. U. Bertanam Cabai. Bandung : 1982.
Setiadi, Bertanam Cabai. Jakarta. Penebar Swadaya : 1994.

-----------------, Aneka Cabai Aneka Ceritanya. Trubus No. 196 Tahun XVII : 1 Maret 1986.

Back To Top